Timbunan
sampah yang terkumpul dan tidak tertangani akan menimbulkan masalah estetika, bau dan mengundang lalat yang membawa berbagai penyakit. Hal ini
menimbulkan pencemaran yang akan merusak lingkungan (Sejati, 2009; Manurung,
2008), sehingga sampah organik memerlukan
penanganan yang segera (Jana et al.,
2006).
Kehadiran lalat umumnya tidak diharapkan karena dapat mengurangi
kenyamanan, estetika, dan higienis dari tempat tersebut. Lalat biasanya datang dan
memakan hidangan yang telah disajikan dengan paksa (merampas makanan) dan
meninggalkan pathogen yang dapat
menyebabkan penyakit (merampas kesehatan) manusia (Suheriyanto, 2008). Lalat dapat menyebarkan berbagai jenis penyakit (Rudianto, 2005) seperti
kolera, diare, disentri, thypus dan TBC (Suraini, 2011; Suheriyanto, 2008).
Lalat merupakan media berbagai kuman penyakit (carier pathogen) mulai bekteri pathogen sampai virus penyebab
berbagai penyakit (Suheriyanto, 2008), serta protozoa dan telur cacing (Santi
dalam Suraini, 2011). Oleh karena itu, sampah dan benda-benda buangan yang
banyak terdapat di lingkungan kita perlu ditanggapi secara serius dan dicari
cara yang tepat untuk menanggulanginya (Wibowo, 2009). Penelitian Suraini (2011) menyatakan bahwa jenis lalat yang biasanya
hidup disampah adalah Musca domestica
dan Chrysomya megacephala, sedangkan
Sopian dan Hidayat (2006) menyatakan bahwa spesies lalat mata bertangkai juga
dapat hidup ditumpukan sampah, yaitu spesies Cyrtodiopsis dalmanni Wiederman dan Teleopsis sp. Dari berbagai jenis lalat tersebut, jenis Musca domestica (lalat rumah) dari
famili Muscidae adalah jenis yang paling sering ditemukan pada timbunan sampah
dan menjadi vektor penularan penyakit (Suraini, 2011; Khalil et al.,
2010; Ginandjar et al., 2005).
Chrysomya megacephala (lalat hijau) (Andam, 2013) |
Referensi :
Ginandjar,
P. dan E.S. Majawati. 2005. Identifikasi Cacing dan Protozoa Usus pada Tubuh
Lalat. Meditek 13(34): 14-23.
Jana, I W., N.K. Mardani, I W., dan Budiyarsa S. 2006.
Analisis Karakteristik Sampah dan Limbah Cair Pasar Badung dalam Upaya
Pemilihan Sistem Pengelolaannya. Ecotrophic
1(2): 1-10.
Khalil,
M.S.., A.A. Assar, M.M. Abo El-Mahasen, and Mahmoud. 2010. Morphological Effects
of Some Insect Growth Regulators on Musca
domestica (Diptera, Muscidae). Biology
Science Journal 2(2): 29-36.
Manurung, R.
2008. Persepsi dan Partisipasi Siswa Sekolah Dasar dalam Pengelolaan Sampah di
Lingkungan Sekolah. Jurnal Pendidikan
Penabur (10): 22-34.
Rudianto,
H. dan R. Azizah. 2005. Studi tentang Perbedaan Jarak Perumahan ke TPA Sampah Open Dumping dengan Indikator Tingkat
Kepadatan Lalat dan Kejadian Diare
(Studi di Desa Kenep Kecamatan Beji Kabupaten Pasuruan). Jurnal Kesehatan Lingkungan 1(2): 152-159.
Sejati, K.
2009. Pengolahan Sampah Terpadu dengan
Sistem Node, Sub Point, dan Center Point. Kanisius, Yogyakarta.
Suheriyanto, D. 2008. Ekologi Serangga. Universitas Negeri
Malang, Malang.
Suraini. 2011. Jenis-jenis Lalat
(Diptera) dan Bakteri Enterobacteriaceae yang Terdapat di Tempat Pembuangan
Akhir Sampah (TPA) Kota Padang. Tesis. Pascasarjana Universitas Andalas,
Padang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar