Rabu, 22 Mei 2013

Bank Sampah PAS Purwokerto


Papan nama Bank Sampah PAS (Andam, 2013)
Bank Sampah PAS (Peduli Akan Sampah) merupakan bank sampah yang terletak di Perumahan Arcawinangun, Kota Purwokerto, Kabupaten Banyumas. Bank sampah ini berdiri pada tanggal 27 Desember 2010 dengan dikelola oleh Henry Budi sampai dengan sekarang. Henry Budi telah menjalin kerjasama dengan Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang (DCKKTR) serta Badan lingkungan Hidup (BLH) Daerah Kabupaten Banyumas. Bank sampah ini  telah memiliki nasabah lebih dari 500 orang/kelompok, namun masih terbatas pada 17 desa/kelurahan. Sampah yang ditampung pada bank sampah ini masih terbatas pada sampah anorganik dengan volume sampah sekitar 48 ton/tahun dengan komposisi 53% sampah plastik, 33% kertas, 10% kaca, dan logam 4%. Omset pertahun mencapai 25 juta. Dengan demikian, bank sampah ini sangat efektif untuk dikembangkan secara lebih luas di Kabupaten Banyumas untuk mengurangi sampah yang diangkut ke TPA. 



Yang melatarbelakangi pendirian Bank Sampah PAS ini adalah sebagai berikut. 
1.      Lapangan
·         Selama ini penerapan pengelolaan  sampah  adalah dari sumber (rumah  tangga/masyarakat) langsung dibuang ke tong sampah dan selanjutnya diambil oleh Petugas Gerobak baik dari partisipasi masyarakat/RW atau DCKKTR diangkut ke Tempat Penimbunan Sementara (TPS) dan dari TPS diangkut oleh Petugas DCKKTR ke TPA (TPA Gunung Tugel, TPA Kalibagor, TPA Kemutug Lor, dan TPA Tipar kidul). Belum ada proses pengelolaan sampah dengan menggunakan metode 3R (Reduce, Reuse dan Resycle) dari sumber. Sampah yang diangkut ke TPA setiap harinya mencapai 2.675 m3/hari.
·         Tidak semua sampah kota dapat terangkut ke TPA karena berbagail hal, seperti keterbatasan sumberdaya baik armada pengangkutan maupun tenaga kerja. Sampah yang tidak terangkut sebagian dikelola sendiri oleh masyarakat dengan cara dibakar maupun dibuang ke sungai.
·         Beberapa masyarakat sadar lingkungan telah memilah sampah pada sampah basah dan sampah kering, tetapi oleh petugas gerobak dicampur kembali karena komposisi warga yang memilah dan yang tidak memilah hanya sebagian kecil yang memilah selain fasilitas gerobak yang belum ada pemisahnya.
·         Beberapa warga dalam lingkup RT ada yang telah mengumpulkan sampah kering untuk dijual tetapi belum maksimal karena belum ada administrasi menabung dan mereka belum mengetahui potensi ekonomis sampah.
·         Terbentuknya Bank Sampah PAS pada akhir tahun 2010 telah membantu untuk mensosialisasikan masyarakat tentang linkungan terutama sosialisasi pengelolaan sampah dan pemanfaatan sampah kembali, namun masih terbatas pada 15 desa/kelurahan dengan jumlah nasabah 500 orang. Bank sampah ini terbukti efektif mengurangi volume sampah yang diangkut ke TPA.
2.      Sosial
·         Sebagian besar masyarakat belum peduli  terhadap pengelolaan sampah dan walaupun ada pengelolaan sampah masih bersifat individual dan belum terorganisir secara terpadu, sehingga intensitas kebersamaan dalam sosial kemasyarakatan sangat rendah.
3.      Ekonomi
·         Belum ada nilai ekonomis terhadap pengelolaan sampah, selain masyarakat belum paham terhadap  pengelolaan sampah yang mempunyai nilai ekonomis dengan 3R dan sebagian besar kesadaran terhadap pengelolaan sampah masih rendah dikarenakan masyarakat masih menganggap bahwa sampah merupakan sisa dari sebuah proses yang tidak diinginkan dan tidak mempunyai nilai ekonomis.
4.      Lingkungan
·         Masih adanya masyarakat  yang membuang sampah bukan pada tempatnya terutama di sungai/saluran dan dibakar yang menyebabkan lingkungan menjadi kotor,timbulnya berbagai macam penyakit, pencemaran lingkungan dan rusaknya ekosistem.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar